Leptospirosis. Bakteri tikus disekitar kita?

FGD "Leptospirosis"Pada tanggal 20 Februari 2023, Yayasan Vesta Indonesia mengadakan acara Focus Group Discussion (FGD) yang dibarengi dengan tes VCT gratis. Layanan Tes HIV kali ini diadakan bersama dengan Puskesmas Imogiri I. Acara dimulai pukul 16.30 WIB dengan pemaparan dari dr. Deta Intan Herdyan mengenai Leptospirosis. 

dr. Deta memaparkan bahwa cara penularannya adalah dengan Kontak dengan air, tanah (lumpur), tanaman yang tercemar air seni binatang penderita leptospirosis. Bakteri ini juga dapat masuk melalui luka kecil pada kulit, dan juga melalui selaput lendir . Serta dijelaskan secara detail mengenai kapan gejala mulai muncul yang dimulai dari fase akut yang umumnya terjadi 5-7 hari; lalu diikuti dengan periode perbaikan. Pada tahap tersebut, suhu tubuh mulai menurun dan gejala berkurang bahkan menghilang. Namun, di fase lanjut, leptospirosis bisa menjadi penyakit yang lebih parah. Kondisi leptospirosis yang berat disebut sebagai penyakit Weil (Weil’s diseases) yang ditandai :

  • Jaundice (kuning pada tubuh dan mata)
  • Gangguan ginjal yang ditandai dengan kesulitan BAK.
  • Perdarahan seperti mimisan, batuk darah.
  • Nyeri dada.
  • Sesak napas.
  • Kekakuan leher.

Bagaiamana pencegahan Leptospirosis juga ditegaskan. dr. Deta menganjurkan untuk;

  • Selalu mencuci kaki, tangan, serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah atau setelah berkebun ( PHBS ).
  • Menutup luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur, atau air yang mungkin tercemar air seni binatang.
  • Memakai alas kaki saat bekerja di tempat yang terpapar kotoran binatang atau di kebun.
  • Melakukan pemberantasan terhadap rodent/tikus
  • Kerjasama dengan dinas Pertanian dalam upaya mencegah penularan dari ternak ke manusia.

FGD berjalan dengan lancar, dan mengajak para peserta diskusi untuk lebih memahami, bukan hanya masalah kesehatan pribadi, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, terutama yang disebabkan oleh tikus. Pada akhir sesi, peserta diperbolehkan untuk bertanya, bukan hanya seputar leptospirosis yang memang sedang merebak di Kabupaten Bantul, tetapi juga mengenai virus HIV dan berbagai Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya.

Kegiatan ini juga dibarengi dengan layanan tes HIV dan pemeriksaan Sifilis yang diikuti hampir oleh tiga puluh (30) orang. Acara secara keseluruhan berjalan lancar dan berakhir pada pukul 18.00 WIB. Para pembaca diajak untuk tetap menjaga kesehatan, dan lebih memperhatikan kesehatan secara umum serta kesehatan seksual dengan secara rutin memeriksakan kesehatan diri dan pasangan. Sampai jumpa pada acara FGD selanjutnya!

 

Penulis: Lukas

Bagikan

Berita Lainnya

Edutainment

Yuk Guys Gabung!

Menjadi Relawan Yayasan Vesta Indonesia